Di pelosok Desa Nangalok, Nusa Tenggara Timur, ada 40 anak didik yang setiap hari belajar di ruang yang jauh dari kata layak. Bangunan seadanya, atap bocor, lantai tanah, dan fasilitas minim tak pernah memadamkan semangat mereka untuk terus menuntut ilmu.

Di ujung timur Nusantara, tepatnya di Desa Nangalok, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah sekolah sederhana yang menjadi satu-satunya tempat belajar bagi 40 anak didik. Setiap hari, mereka menempuh perjalanan jauh, melintasi medan berbukit dan tanah berbatu, demi satu tujuan mulia: menuntut ilmu.

Namun, semangat mereka tidak sebanding dengan kondisi fasilitas yang ada. Sekolah ini berdiri di atas bangunan seadanya, dengan atap seng yang bocor, dinding kayu rapuh, dan lantai tanah yang becek saat hujan. Tak ada kursi dan meja yang layak, tak ada perpustakaan, bahkan papan tulis pun nyaris tak bisa digunakan. Meskipun demikian, anak-anak ini tetap datang setiap hari, duduk bersila di lantai, mencatat pelajaran dengan penuh semangat.

Melihat kondisi ini, Rumah Wakaf bersama Amal Mulia tergerak untuk melakukan aksi nyata. Kami tidak hanya melihat sebuah bangunan tua, tetapi melihat impian yang sedang tumbuh—cita-cita yang besar meskipun lahir dari ruang sempit dan minim cahaya.

Kami berkomitmen untuk merenovasi sekolah ini secara menyeluruh: membangun ruang kelas yang aman dan nyaman, menyediakan sarana belajar yang layak, serta menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung tumbuh kembang anak-anak di pelosok desa ini. Bagi kami, ini bukan sekadar membangun gedung—tapi membangun harapan, menyalakan masa depan, dan memberi mereka alasan untuk terus bermimpi.