“Kayaknya ga mungkin deh Allah memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya, saya harus bangkit dan harus bisa belajar membaca Al Quran Braille. Tunanetra juga punya masa depan bagus dan kehidupan yang bagus,” ujar Rahmat Fauzi (23) sahabat tunanetra asal Desa Bantaragung, Majalengka.
Sejak divonis glaukoma pada tahun 2015, Rahmat menjadi tidak bisa melihat. Dari sana, Rahmat belajar membaca Al Quran Braille sedikit demi sedikit dan kini sudah berada di tahap menengah.
Selain Rahmat, di Majalengka ada sekitar 100 orang lebih yang berstatus sebagai tunanetra dan 80%-nya belum bisa membaca Al Quran Braille. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Rumah Wakaf mengadakaan pelatihan belajar Al Quran Braille yang diadakan pada hari Sabtu, tanggal 07 September 2024 di SLB A YPLB Majalengka.
Sebanyak 24 orang tunanetra mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan dibagi menjadi 3 kelas yang terdiri dari kelas dasar, kelas menengah dan kelas lanjutan. Selain mengadakan pelatihan, Rumah Wakaf juga menyalurkan bantuan sembako dan uang pembinaan kepada para peserta.
Ust. Solehudin salah seorang pengajar Al Quran Braille berpendapat bahwa Al Quran Braille bagi para tunanetra merupakan sesuatu yang sangat penting begitu pun dengan pembelajarannya.
“Ketersediaan pengajar braille dibandingkan dengan yang jumlah yang belum bisa membaca masih sangat jauh. Saya dan teman-teman ditetapkan tunanetra itu sudah ketetapan dari Allah, gelap di dunia bagi kami, Insya Allah gak apa apa hanya sebentar, yang kami takutkan adalah gelap di akhirat. Salah satu jalannya supaya bisa terang di akhirat, kami belajar Al Quran Braille. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Rumah Wakaf yang telah memfasilitasi proses pembelajaran kali ini, semoga program ini bisa dilaksanakan secara berkelanjutan,” ujar Solehudin.