Setiap pagi, Aditya harus menempuh perjalanan sejauh dua kilometer untuk bisa sampai ke sekolah. Tapi tidak seperti anak-anak lain seusianya, perjalanan ini bukan perkara mudah bagi Adit. Di usianya yang baru 10 tahun, ia sudah harus berjuang keras karena keterbatasan motorik yang membuatnya sulit berjalan normal.

Lahir secara prematur membuat perkembangan motorik kaki Adit tidak sempurna. Setiap langkah adalah rasa sakit. Tapi semangatnya untuk belajar dan mengejar mimpi tidak pernah padam.
Ibunya, seorang penjual snack keliling, selalu setia mendampingi Adit berjalan kaki menuju sekolah, menyusuri jalanan desa setiap hari. Meski penghasilan pas-pasan, tak pernah ada keluhan dari sang ibu. Yang ada hanyalah harapan: agar Adit bisa hidup lebih baik dari dirinya.
Hari itu, harapan itu datang.
Melalui program kebaikan yang digerakkan oleh para donatur, Rumah Wakaf menyerahkan satu unit kursi roda untuk Adit. Kursi roda ini menjadi jawaban atas doa-doa panjang yang selama ini mereka panjatkan dalam diam.

“Sekarang Adit bisa sekolah tanpa harus menahan sakit di kakinya… Terima kasih banyak.”
ucap sang ibu dengan tangis haru.
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanyalah kursi roda. Tapi bagi Adit, ini adalah alat untuk kembali bermimpi. Untuk lebih mudah bersekolah. Untuk hidup dengan lebih mandiri. Untuk merasa bahwa ia tidak sendirian.